DEGRADASI MORAL
Jamaah
Jumat yang berbahagia,
Caruk
maruk bangsa ini, bagai tak putus dirudung malang. Secara beruntung bencana
menimpa dari Tsunami Aceh, Lumpur
Lapindo, Gempa Tasik, banjir dan lain sebagainya. Namun yang lebih parah lagi
adalah adlah adanya indikasi
bencana”degradasi moral bangsa”. Bagaimna banyak para pejabat masuk bui,
karena ulahnya menyelewengan amanah, ayah menghamili anak kandung sendiri,
bahkan yang menyedihkan Kyai mencabuli santrinya sendiri. Dunia menyaksikan perbuatan mereka yang
mempermalukan bangsa. Para elite politik tidak bermain cantik dalam
memperjuangkan kepentingan konstituen. Lebih mendahulukan emosi, berteriak-teriak, saling
menunjukkan keberingasan dan keganasan di dalam gedung DPR yang terhormat, lalu
bagaimana dengan akar rumput mereka? Wajarlah bila lebih beringas dan lebih
ganas.
Kerusakan akhlak bangsa ini terjadi ada disemua lini. Dari kalangan pelajar tingkat SMP sampai perguruan tinggi, dari rakyat biasa sampai pejabat tinggi negara, tidak ketinggalan di kalangan penegak hukum pun sudah terjadi mafia di berbagai bidang. Kalau di kalangan elite pelajar, politik, penegak hukum dan pejabat negara sudah begitu rendah kualitas akhlak mereka, apa yang kita harapkan dari mereka? Padahal hampir 90 % penduduk kita adala Muslim.
Kerusakan akhlak bangsa ini terjadi ada disemua lini. Dari kalangan pelajar tingkat SMP sampai perguruan tinggi, dari rakyat biasa sampai pejabat tinggi negara, tidak ketinggalan di kalangan penegak hukum pun sudah terjadi mafia di berbagai bidang. Kalau di kalangan elite pelajar, politik, penegak hukum dan pejabat negara sudah begitu rendah kualitas akhlak mereka, apa yang kita harapkan dari mereka? Padahal hampir 90 % penduduk kita adala Muslim.
Rasulullah
SAW bersabda, ”Innamaa buitstu liutammima makaarimal-akhlaaq
(Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan kemuliaan akhlak).”
Maka,
mestinya kalau umat Islam taat kepada agamanya akan menjadi manusia berakhlak
mulia. Namun harta, jabatan dan ambisi dunia membutakan sebagian saudara kia
hingga tercebur kedalam hal yang nista.
Jamaah
Jumat yang berbahagia,
Rasulullah
SAW sendiri adalah teladan kita, akhlak
muliaharus kita contoh dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. QS Al Ahzab: 21

Jamaah
Jumat yang berbahagia,
Dalam
suatu hadits (HR. Ibnu Majah).,
Rasulullah saw bersabda: “Sesungguhnya Allah Azza wa Jalla, jika
Dia berkehendak untuk membinasakan (menghancurkan) seorang hamba, maka Dia akan
mencabut rasa malu dari hamba tersebut. Jika rasa malu telah tercabut
darinya, maka Allah tidak akan mendapati hamba tersebut kecuali sebagai orang
yang dimurkai dan dibenci-Nya. Jika ia telah menjadi orang yang dimurkaidan
dibenci oleh Allah, maka tercabutlah darinya amanah. Jika sikap amanah
telah tercabut darinya, makaAllah tidak akan mendapatinya kecuali sebagai orang
yang berkhianat dan pembuat khianat, maka akan tercabutlah darinya kasih
sayang (rahmat) Allah. Jika kasih sayang Allah telah dicabut darinya, maka
ia tidak lain adalah orang yang terkutuk dan terlaknat. Dan jika Allah telah
menetapkannya sebagai orang yang terkutuk, maka tercabutlah darinya
perlindungan Islam” (HR. Ibnu Majah).
Dari
hadits di atas, ada tiga tahap yang apabila dimiliki oleh umat Islam, baik
secara pribadi, keluarga maupun jamaah, masyarakat dan bangsa akan mengalami Degradasi
Moral yakni :
1. Tercabut Rasa Malu.
Rasulullah
saw bersabda: “Malu itu cabang dari iman”
(HR. Bukhari).
Bila manusia masih memiliki sifat malu tentu tidak akan melakukan hal-hal
yang tidak dibenarkan oleh Allah dan Rasul-Nya. Namun bila rasa malu ini sudah
tidak lagi dimiliki oleh manusia, ia bisa melakukan apa saja sesuai dengan
kehendaknya, dalam satu hadits yang berasal dari Abu Mas’ud Uqbah bin Amr Al
Anshari Al Badri dinyatakan: “Sesungguhnya sebagian
dari apa yang telah dikenal orang dari ungkapan kenabian yang pertama adalah:
Jika engkau tidak malu, berbuatlah sekehendak hatimu ” (HR.
Bukhari).
Ketidakk adaan rasa malu pada seseorang akan berakibat perilaku dan budi
pekerti tak baik, sehinga tak aneh bila menghalalkan segala cara demi
mendapatan kekuasaan atau jabatan. Dan ini akan berdampak yang tak baik
2. Tercabutnya Amanah.
Jamaah
Jumat yang berbahagia, Manakala rasa malu tidak ada, sesorang akan tak peduli dengan citra
dirinya yang rusah, karenanya diapun akan mengabaikan amanah yang dibebaankan
kepadanya.
Oleh
karena itu, dalam satu hadits, Rasulullah saw bersabda: “Tidak
(sempuma) iman seseorang yang tidak amanah, dan tidak (sempurna) agama
seseorang yang tidak menunaikan janji ” (HR. Ahmad).
Karena
amanah merupakan sesuatu yang sangat penting, maka Allah swt memerintahkan
kepada manusia untuk menunaikan amanah sebagaimana firman-Nya: (QS An Nisa :58).

“Sesungguhnya
Allah menyuruh kamu menyampaikan amanah kepada yang berhak menerimanya, dan
(menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum di antara manusia supaya kamu
menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang
sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah adalah Maha Mendengar lagi Maha
Melihat.”
Disamping itu, Allah swt juga melarang kita untuk
mengkhianati amanah yang sudah diberikan kepada kita, Allah swt berfirman: ” (QS Al Anfal :27).
“Hai
orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengkhianati Allah dan Rasul dan
jangan (pula) mengkhianati amanah-amanah yang dipercayakan kepadamu, sedang
kamu mengetahui
“Empat
perkara yang apabila ada padamu, tidak akan merugikan lepasnya segala sesuatu
dari dunia daripadamu, yaitu: memelihara amanah, tutur kata yang benar, akhlak
yang baik dan bersih dari tamak ” (HR. Ahmad).
3. Tercabut Kasih Sayang.
Bila rasa kasih sayang sudah tidak ada maka sikap
saling “tata hasadu” saling dengki, bermusuhan karena memintingkan kepentingan
pribadinya masing-masing. Dan hal ini tentunya akan mencabik-cabik ukhuwah
Islamiyah diantara umat. Lawan dari kasih sayang adalah ghodhobu (marah ), dan Rasulullah saw bersabda:
“Orang kuat bukanlah yang dapat
mengalahkan musuh, namun orang yang kuat adalah orang yang dapat mengontrol
dirinya ketika marah ” (HR. Bukhari dan Muslim).
Dari uraian di atas, menjadi jelas bagi kita
bahwa tanda-tanda kehancuran harus kita jauhi dari diri, keluarga, jamaah,
masyarakat dan bangsa kita agar kita bisa selamat di dunia dan akhirat.
Saudaraku, mari kita utamakan membangun akhlak bangsa ini, mulai dari diri kita masing-masing dan keluarga, sebagaimana petunjuk Allah SWT, (QS At-Tahrim: 6 )
Saudaraku, mari kita utamakan membangun akhlak bangsa ini, mulai dari diri kita masing-masing dan keluarga, sebagaimana petunjuk Allah SWT, (QS At-Tahrim: 6 )

”Jagalah dirimu dan keluargamu dari api
neraka,”. Pembangunan yang mengabaikan pentingnya akhlak pasti akan berakhir
dengan sia-sia. Prestasi anak bangsa yang bermoral akan dirusak oleh mereka
yang tidak bermoral. Gelorakanlah dakwah untuk membangun akhlak yang mulia di
semua lini, baik di rumah, di sekolah, di kantor, di kampus, di parlemen sampai
di Istana Negara. Utamakan kejujuran karena kejujuranlah yang menjadi pangkal
semua kebaikan. Dan jauhilah kebohongan karena kebohongan merupakan pangkal
semua kejahatan (HR
Muslim).
Hadirin
yang berbahagia.
Akhirnya
marilah kita mulai dari diri kita, keluarga kita dan akhirnya ke masyaraat kita
kembali kepada ajaran Allah dan rasulnya supaya ita diberi keuatan iman dan
Islam dan tak mudah oleh penyakit hubut dunya. Dan menjadiu golongan yang
selamat di dunya dan akherat.amin
(Disampaikan saat Khutbah Jumat, Masjid Al-Manan Canden, 2010)
(Disampaikan saat Khutbah Jumat, Masjid Al-Manan Canden, 2010)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar