Selasa, 19 Februari 2013

Degradasi Moral



DEGRADASI MORAL

Jamaah Jumat yang berbahagia,
Caruk maruk bangsa ini, bagai tak putus dirudung malang. Secara beruntung bencana menimpa dari Tsunami Aceh,  Lumpur Lapindo, Gempa Tasik, banjir dan lain sebagainya. Namun yang lebih parah lagi adalah adlah adanya indikasi  bencana”degradasi moral bangsa”. Bagaimna banyak para pejabat masuk bui, karena ulahnya menyelewengan amanah, ayah menghamili anak kandung sendiri, bahkan yang menyedihkan Kyai mencabuli santrinya sendiri. Dunia  menyaksikan perbuatan mereka yang mempermalukan bangsa. Para elite politik tidak bermain cantik dalam memperjuangkan kepentingan konstituen. Lebih  mendahulukan emosi, berteriak-teriak, saling menunjukkan keberingasan dan keganasan di dalam gedung DPR yang terhormat, lalu bagaimana dengan akar rumput mereka? Wajarlah bila lebih beringas dan lebih ganas.
Kerusakan akhlak bangsa ini terjadi ada disemua lini. Dari kalangan pelajar tingkat SMP sampai perguruan tinggi, dari rakyat biasa sampai pejabat tinggi negara, tidak ketinggalan di kalangan penegak hukum pun sudah terjadi mafia di berbagai bidang. Kalau di kalangan elite pelajar, politik, penegak hukum dan pejabat negara sudah begitu rendah kualitas akhlak mereka, apa yang kita harapkan dari mereka? Padahal hampir 90 % penduduk kita adala Muslim.
Rasulullah SAW bersabda, ”Innamaa buitstu liutammima makaarimal-akhlaaq (Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan kemuliaan akhlak).”
Maka, mestinya kalau umat Islam taat kepada agamanya akan menjadi manusia berakhlak mulia. Namun harta, jabatan dan ambisi dunia membutakan sebagian saudara kia hingga tercebur kedalam hal yang nista.
Jamaah Jumat yang berbahagia,
Rasulullah SAW sendiri adalah teladan kita,  akhlak muliaharus kita contoh dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.   QS Al Ahzab: 21
”Dan sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung.” Budi pekerti yang agung atau akhlak mulia Rasulullah SAW tersebut seharusnya menjadi teladan yang baik (uswah khasanah) bagi umat Islam .
Jamaah Jumat yang berbahagia,
Dalam suatu hadits  (HR. Ibnu Majah)., Rasulullah saw bersabda: “Sesungguhnya Allah Azza wa Jalla, jika Dia berkehendak untuk membinasakan (menghancurkan) seorang hamba, maka Dia akan mencabut rasa malu dari hamba tersebut. Jika rasa malu telah tercabut darinya, maka Allah tidak akan mendapati hamba tersebut kecuali sebagai orang yang dimurkai dan dibenci-Nya. Jika ia telah menjadi orang yang dimurkaidan dibenci oleh Allah, maka tercabutlah darinya amanah. Jika sikap amanah telah tercabut darinya, makaAllah tidak akan mendapatinya kecuali sebagai orang yang berkhianat dan pembuat khianat, maka akan tercabutlah darinya kasih sayang (rahmat) Allah. Jika kasih sayang Allah telah dicabut darinya, maka ia tidak lain adalah orang yang terkutuk dan terlaknat. Dan jika Allah telah menetapkannya sebagai orang yang terkutuk, maka tercabutlah darinya perlindungan Islam” (HR. Ibnu Majah).
Dari hadits di atas, ada tiga tahap yang apabila dimiliki oleh umat Islam, baik secara pribadi, keluarga maupun jamaah, masyarakat dan bangsa akan mengalami Degradasi Moral yakni :

1. Tercabut Rasa Malu.

Rasulullah saw bersabda: “Malu itu cabang dari iman” (HR. Bukhari).
Bila manusia masih memiliki sifat malu tentu tidak akan melakukan hal-hal yang tidak dibenarkan oleh Allah dan Rasul-Nya. Namun bila rasa malu ini sudah tidak lagi dimiliki oleh manusia, ia bisa melakukan apa saja sesuai dengan kehendaknya, dalam satu hadits yang berasal dari Abu Mas’ud Uqbah bin Amr Al Anshari Al Badri dinyatakan: “Sesungguhnya sebagian dari apa yang telah dikenal orang dari ungkapan kenabian yang pertama adalah: Jika engkau tidak malu, berbuatlah sekehendak hatimu ” (HR. Bukhari).
Ketidakk adaan rasa malu pada seseorang akan berakibat perilaku dan budi pekerti tak baik, sehinga tak aneh bila menghalalkan segala cara demi mendapatan kekuasaan atau jabatan. Dan ini akan berdampak yang tak baik

2. Tercabutnya Amanah.

Jamaah Jumat yang berbahagia, Manakala rasa malu tidak  ada, sesorang akan tak peduli dengan citra dirinya yang rusah, karenanya diapun akan mengabaikan amanah yang dibebaankan kepadanya.
Oleh karena itu, dalam satu hadits, Rasulullah saw bersabda: “Tidak (sempuma) iman seseorang yang tidak amanah, dan tidak (sempurna) agama seseorang yang tidak menunaikan janji ” (HR. Ahmad).
Karena amanah merupakan sesuatu yang sangat penting, maka Allah swt memerintahkan kepada manusia untuk menunaikan amanah sebagaimana firman-Nya: (QS An Nisa :58).
 Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanah kepada yang berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum di antara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah adalah Maha Mendengar lagi Maha Melihat.”
Disamping itu, Allah swt juga melarang kita untuk mengkhianati amanah yang sudah diberikan kepada kita, Allah swt berfirman: ” (QS Al Anfal :27).
 Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengkhianati Allah dan Rasul dan jangan (pula) mengkhianati amanah-amanah yang dipercayakan kepadamu, sedang kamu mengetahui
 Empat perkara yang apabila ada padamu, tidak akan merugikan lepasnya segala sesuatu dari dunia daripadamu, yaitu: memelihara amanah, tutur kata yang benar, akhlak yang baik dan bersih dari tamak(HR. Ahmad).

3. Tercabut Kasih Sayang.

Bila rasa kasih sayang sudah tidak ada maka sikap saling “tata hasadu” saling dengki, bermusuhan karena memintingkan kepentingan pribadinya masing-masing. Dan hal ini tentunya akan mencabik-cabik ukhuwah Islamiyah diantara umat. Lawan dari kasih sayang adalah ghodhobu (marah ), dan  Rasulullah saw bersabda:
Orang kuat bukanlah yang dapat mengalahkan musuh, namun orang yang kuat adalah orang yang dapat mengontrol dirinya ketika marah ” (HR. Bukhari dan Muslim).
Dari uraian di atas, menjadi jelas bagi kita bahwa tanda-tanda kehancuran harus kita jauhi dari diri, keluarga, jamaah, masyarakat dan bangsa kita agar kita bisa selamat di dunia dan akhirat.
Saudaraku, mari kita utamakan membangun akhlak bangsa ini, mulai dari diri kita masing-masing dan keluarga, sebagaimana petunjuk Allah SWT, (QS At-Tahrim: 6 )
 ”Jagalah dirimu dan keluargamu dari api neraka,”. Pembangunan yang mengabaikan pentingnya akhlak pasti akan berakhir dengan sia-sia. Prestasi anak bangsa yang bermoral akan dirusak oleh mereka yang tidak bermoral. Gelorakanlah dakwah untuk membangun akhlak yang mulia di semua lini, baik di rumah, di sekolah, di kantor, di kampus, di parlemen sampai di Istana Negara. Utamakan kejujuran karena kejujuranlah yang menjadi pangkal semua kebaikan. Dan jauhilah kebohongan karena kebohongan merupakan pangkal semua kejahatan (HR Muslim).
Hadirin yang berbahagia.
Akhirnya marilah kita mulai dari diri kita, keluarga kita dan akhirnya ke masyaraat kita kembali kepada ajaran Allah dan rasulnya supaya ita diberi keuatan iman dan Islam dan tak mudah oleh penyakit hubut dunya. Dan menjadiu golongan yang selamat di dunya dan akherat.amin
(Disampaikan saat Khutbah Jumat, Masjid Al-Manan Canden, 2010)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar