Senin, 04 Februari 2013

Langkah menuju Khusnul khatimah (Materi Ahad pgi di Kudus)


LANGKAH MERAIH KHUSNUL KHATIMAH
oleh : Pujiono,S.Si,MM 

FAKTA KEHIDUPAN
       Banyak Orang yang Tak sadar akan bergulirnya waktu  (tengok Al-imron 190)
       Terjebak pada rutinitas Amal kosong 

      Pengin hidup enak ( jalan Instan) bisa kita lihat:
-          Sarjana tanpa wiyata
-          Kuasa tanpa wibawa
-          Ngendhika tanpa panghraita
-          Meres tanpa dedugo
      JANGAN TERLENATerlena ???????
       Ketahuilah, bahwa sesungguhnya kehidupan dunia itu hanyalah permainan dan suatu yang melalaikan, perhiasan dan bermegah-megah antara kamu serta berbangga-bangga tentang banyaknya harta dan anak, seperti hujan yang tanam-tanamannya mengagumkan para petani; kemudian tanaman itu menjadi kering dan kamu lihat warnanya kuning kemudian menjadi hancur. Dan di akhirat (nanti) ada adzab yang keras dan ampunan dari Allah serta keridaan-Nya. Dan kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu (TQS al-Hadid [57]: 20)
       Banyak Yang tak sadar 1/3 hidup untuk tidur dan 1/3 hidup di tempat kerja (sekolah, pabrik, kantor  DLL)
        Muhammad SAW bersabda yakni  “ Dua nikmat yang banyak dilupakan manusia didunia yakni nikmat sehat dan dan waktu luang
       MEMANFAATKAN WAKTU /UMUR BERNILAI IBADAH :
1.       Mengubah rutinitas harian menjadi ibadah. Dengan meluruskan NIAT.
·       Bekerja dengan Niat ibadah
·       Tidur dengan adab Nabi ( wudhu, berdoa)
·       Ada niatan shalat lail ( HR Nasai)
2.       Pilih Amalan ringan BERNILAI PAHALA BESAR, seperti :
·          Shalalat berjamaah ,
beberapa manfaat:
        “ Shalat jamaah lebih utama dari pada shalat sendiri duapuluh tujuh derajat, (HR. Mutaffa’ alaih)
        “Barangsiapa shalat berjama’ah selama empat puluh hari dengan mendapatkan takbir pertama ikhlas karena Allah, maka akan dicatat baginya terbebas dari dua hal; terbebas dari api neraka dan terbebas dari sifat munafik.” (H.R Tirmidzi)

·       PUASA
}  1. Puasa 6 hari di bulan Syawal
Dari Abu Ayyub Al-Anshory bahwasanya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Barang siapa berpuasa Ramadhan, kemudian melanjutkan dengan berpuasa enam hari pada bulan Syawal, maka seperti ia berpuasa sepanjang tahun.” (HR Muslim)
}  2. Puasa Hari Senin & Kamis
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Amal-amal ditampakkan pada hari senin & kamis, maka aku suka jika ditampakkan amalku & aku dalam keadaan berpuasa.” (Shahih, riwayat An-Nasa’i)
}  3. Puasa Arafah (puasa pada hari Arafah bagi yang tidak sedang melaksanakan ibadah haji)
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Puasa pada hari Arofah, aku berharap kepada Allah agar mengampuni dosa-dosa setahun yang telah lalu & setahun yang akan datang.” (HR Muslim)
}  4. Berpuasa sehari & berbuka sehari (Puasa Dawud ‘alaihis salam)
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Puasa yang paling disukai Allah adalah puasa Nabi Dawud, & shalat yang paling disukai Allah adalah Shalat Nabi Dawud, adalah beliau biasa tidur separuh malam, & bangun pada sepertiganya, & tidur pada seperenamnya, adalah beliau berbuka sehari & berpuasa sehari.” (Muttafaqun ‘alaihi)

DZIKIR
}  Hai orang-orang yang beriman, berzdikirlah (dengan menyebut nama) Allah, zikir yang sebanyak-banyaknya. Dan bertasbihlah kepada-Nya diwaktu pagi dan petang. Dialah yang memberi rahmat kepadamu dan malaikat-Nya (memohonkan ampunan untukmu), supaya Dia mengeluarkan kamu dari kegelapan kepada cahaya (yang terang). Dan adalah Dia Maha Penyayang kepada orang-orang yang beriman.” (QS. Al-Ahzab: 41-43)

3.       Mengukir Monumen Pahala
sab’un (tujuh) yajrii (yang tetap mengalir) lil’abdi (kepada seorang hamba) ajrahunna (pahalanya) wa huwa (sekalipun dia) fii qabrihii (di dalam kubur) ba’da mautihi (setelah kematiannya) : man allama ilman (siapa yang mengajarkan ilmu), aw (atau) ajra (mengalirkan) nahran (sungai) aw hafara bi’ran (menggali sumur), aw gharasa nakhlan (menanam tanaman) aw banaa masjidan (membangun masjid) aw waratsa mushafan (mewariskan mushaf) aw taraka waladan (meninggalkan anak) yastaghfiru lahuu (yang memintakan ampun untuknya) ba’da mautihi (sesudah kematiannya). (Shahih Jami’).B

BERSAMBUNG..... 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar