Senin, 04 Februari 2013

Membentuk Kepribadian Anak


MEMBENTUK KEPRIBADIAN ANAK
PUJIONO, S.Si,MM
Setiap hari kita dengan berita mengenai berbagai tindak kejahatan, ketidaksuliaan yang melibatkan tokoh dinegeri ini. Sehingga terasa tak asing ada berita mantan  kepala daerah mantan menteri atau pejabat lainya yang dipenjara akibat kasus korupsi. video porno yang melibatkan artis ternama, sampai kasus pembunuhan berantai hampir tak pernah sepi di negeri ini. Hal ini tentunya ada menjadi keprihatinan yang mendalam bagi kita selaku anak bangsa. seolah-olah masyarakat tidak mempunyai pedoman dan panutan lagi. Tentunya kita jadi sedih menyaksikan hal seperti ini, tentunya hal ini jangan dibiarkan berlarut-larut. Tak harus mencari kambing hitam siapa yang salah, kita harus berusaha memperbaikinya.

Sebagai solusi, peran seluruh elemen masyarakat baik di pendidikan formal maupun non formal dibutuhkan. Jangan hanya bertumpu pada pendidikan sekolah, namun semua bisa mengawalinya dengan menumbuhkan jati diri anak :
Pertama, Carikan  teman atau lingkungan yang baik bagi anak. Banyak orang terlibat tindak kejahatan karena faktor pertemanan. Rasa ingin memiliki barang yang dimiliki teman, persoalan materi terkadang bisa menjadikan kita gelap mata, untuk itu memilih sahabat beriman dan bertaqwa di sebuah lingkungan sangat memegang peranan membentuk perilaku anak. Untuk menjadi mengembangkan pribadi anak yang baik, maka teman dan lingkungan yang baik adalah faktor penting.
Kedua, ajarkan empati pada diri anak, mengenalkan anak pada seuatu keadaan dengan merefleksikan pada diri sendiri akan menjadikan anak peka perasaan dan hatinya. Maka empati adalah pelajaran  mengasah ketajaman hati dan pikiran. Belajar empati dapat dengan mengambil hikmah lingkungan sekitar. Dari setiap kejadian disekitar kita.seperti mengajak anak ke lokasi banjir, panti asuhan, dan lain-lain. Sebuah filosofis  jawa mengatakan “ mangasah mingising budi, ambasuh malaning bumi” (megasah ketajaman hati, membersihkan keangkara murkaan di bumi=baca )
Ketiga, tanamkan kejujuran dan kedisiplinan sejak dini. Kebohongan akan membawa kebohongan baru, karena kadang untuk menutup kebohongan harus dengan kebohongan lagi. Dan kebohongan menjadikan ketidaknyamanan hati. Maka bila ingin nyaman harus jujur. Kejujuran dapat diajarkan dengan kedislipinan anak mejalankan ibadah sesuai keyakinanya. Bila kedisipilin menjalankan ibadah baik, maka budaya disiplin yang lain akan baik pula. Budaya jujur apa adanya, budaya  antree dan lain lain akan terlaksana. kejujuran perlu ditanamkan pada anak dari usia dini.
Keempat, Ajarkan konsistensi dan konskwensi,  kepribadian seseorang dapat dilihat dari konsistensi seseorang dalam berucap dan berperilaku. Maka mendidik anak untuk bisa konsisten dan melaksanakan apa yang diucapkan adalah sesuatu yang baik. Menjadi pribadi konsisten dalam  laku dan kata, tidak  plin-plan dapat dilakukan dengan keteladanan dari guru, orang tua dan tokoh masyarakat. Konsisten dalam menepati janji dan memegang komitmen adalah fiqur yang terpuji.
Selanjutnya pahamkan anak dengan konsekwensi dari sebuah perilaku yang tidak baik atau dari perilaku yang baik. Sebagai contoh bila kita salah harus minta maaf, bila kita sombong akan dijauhi teman, dan lain-lain. Sehingga anak akan mengerti sejak dini. sedari dini anak  mengerti akibat dari sebuah perbuatan, sehingga akan berhati-hati dalam melangkah.
Dengan begitu diharapkan  akan mudah menjadi sosok pribadi anak yang berkarakter. pribadi anak yang berkepribadian baik. dan itu bisa kita mulai dari diri kita, keluarga kita, Sekolah kita  dan akhirnya akan merembet ke semua lapisan masyarakat, Sehingga terciptalah suatu bangsa  yang aman, damai, dan tentram .


Tidak ada komentar:

Posting Komentar