PUJIONO, S.Si,MM
Setiap hari kita dengan berita mengenai berbagai
tindak kejahatan, ketidaksuliaan yang melibatkan tokoh dinegeri ini. Sehingga
terasa tak asing ada berita mantan kepala daerah mantan menteri atau pejabat lainya
yang dipenjara akibat kasus korupsi.
video porno yang melibatkan artis ternama, sampai kasus pembunuhan berantai hampir
tak pernah sepi di negeri ini. Hal ini tentunya ada menjadi keprihatinan yang
mendalam bagi kita selaku anak bangsa. seolah-olah masyarakat tidak mempunyai
pedoman dan panutan lagi. Tentunya
kita jadi sedih menyaksikan hal seperti ini, tentunya hal ini jangan dibiarkan
berlarut-larut. Tak harus mencari kambing hitam siapa yang salah, kita harus
berusaha memperbaikinya.
Sebagai solusi, peran seluruh elemen masyarakat
baik di pendidikan formal maupun non formal dibutuhkan. Jangan hanya bertumpu
pada pendidikan sekolah, namun semua bisa mengawalinya dengan menumbuhkan jati
diri anak :
Pertama, Carikan teman atau lingkungan yang baik bagi anak.
Banyak orang terlibat tindak kejahatan karena faktor pertemanan. Rasa ingin
memiliki barang yang dimiliki teman, persoalan materi terkadang bisa menjadikan
kita gelap mata, untuk itu memilih sahabat beriman dan bertaqwa di sebuah
lingkungan sangat memegang peranan membentuk perilaku anak. Untuk menjadi mengembangkan
pribadi anak yang baik, maka teman dan lingkungan yang baik adalah faktor
penting.
Kedua, ajarkan empati pada diri anak,
mengenalkan anak pada seuatu keadaan dengan merefleksikan pada diri sendiri
akan menjadikan anak peka perasaan dan hatinya. Maka empati adalah
pelajaran mengasah ketajaman hati dan
pikiran. Belajar empati dapat dengan mengambil hikmah lingkungan sekitar. Dari
setiap kejadian disekitar kita.seperti mengajak anak ke lokasi banjir, panti
asuhan, dan lain-lain. Sebuah
filosofis jawa mengatakan “ mangasah
mingising budi, ambasuh malaning bumi” (megasah ketajaman hati,
membersihkan keangkara murkaan di bumi=baca )
Ketiga, tanamkan kejujuran dan kedisiplinan sejak
dini. Kebohongan akan membawa kebohongan baru, karena kadang untuk menutup
kebohongan harus dengan kebohongan lagi. Dan kebohongan menjadikan
ketidaknyamanan hati. Maka bila ingin nyaman harus jujur. Kejujuran dapat
diajarkan dengan kedislipinan anak mejalankan ibadah sesuai keyakinanya. Bila
kedisipilin menjalankan ibadah baik, maka budaya disiplin yang lain akan baik
pula. Budaya jujur apa adanya, budaya
antree dan lain lain akan terlaksana. kejujuran perlu ditanamkan pada
anak dari usia dini.
Keempat, Ajarkan konsistensi dan konskwensi, kepribadian
seseorang dapat dilihat dari konsistensi seseorang dalam berucap dan
berperilaku. Maka mendidik anak untuk bisa konsisten dan melaksanakan apa yang
diucapkan adalah sesuatu yang baik. Menjadi pribadi konsisten dalam laku dan kata, tidak plin-plan dapat dilakukan dengan keteladanan
dari guru, orang tua dan tokoh masyarakat. Konsisten dalam menepati janji dan
memegang komitmen adalah fiqur yang terpuji.
Selanjutnya pahamkan anak dengan konsekwensi
dari sebuah perilaku yang tidak baik atau dari perilaku yang baik. Sebagai
contoh bila kita salah harus minta maaf, bila kita sombong akan dijauhi teman,
dan lain-lain. Sehingga anak akan mengerti sejak dini. sedari dini anak mengerti akibat dari sebuah perbuatan,
sehingga akan berhati-hati dalam melangkah.
Dengan begitu diharapkan akan mudah menjadi sosok pribadi anak yang
berkarakter. pribadi anak yang berkepribadian baik. dan itu bisa kita mulai
dari diri kita, keluarga kita, Sekolah kita dan akhirnya akan merembet ke semua lapisan
masyarakat, Sehingga terciptalah suatu bangsa yang aman, damai, dan tentram .
Tidak ada komentar:
Posting Komentar