Senin, 04 Februari 2013

Pengajian Akbar di Kabupaten tegal


DASYATNYA WAKTU
Oleh : Pujiono

Waktu adalah modal dan kekayaan yang nilainya sangat tinggi dibanding segala harta benda manusia untuk menggapai kenikmatan abadi disisi-NYA, namun jika dicermati masih banyak diantara umat yang melewatkan waktu dengan begitu saja. Masih teringat mungkin tiupan terompet diakhir tahun  2012 dan hingar bingarnya pesta kembang api pertanda dimulainya babak baru tahun 2013. kadang tak sadar bahwa tiupan terompet helaan nafas yang dikeluarkan sebenarnya  mengurangi jatah bernafas kita di dunia. sedikit sekali manusia yang menyadari esensi berlalunya waktu adalah berkurangnya jatah kesempatan beraktifitas di dunia.
Waktu tak bisa ditarik mundur ibarat anak panah yang telah melesat dari busur atau ibarat ucapkan yang telah terlontarkan. Begitu cepatnya berlalu kadang tanpa disadari seseorang mengalami proses penuaan, keriputnya kulit, atau penurunan stamina tapa terasa. Karena waktu adalah sesuatu yang tidak bisa “kompromi” dengan siapapun, digunakan atau tidak waktu tetap akan melaju cepat meninggalkan semua manusia. maka seyogyanya moment penting dimana kita  masih bisa menyaksikan pergantian waktu dan kesempatan hidup bisa dijadikan koreksi diri tentang banyak hal. Jangan sampai kita menjadi orang yang rugi tak mampu mengelola waktu sebagaimana Firman Allah surat Al-Ashr ayat 1-3 Artinya “Demi waktu, Sesungguhnya manusia itu benar-benar berada dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal shaleh dan nasihat menasihati supaya menaati kebenaran dan nasihat menasihati supaya menetapi kesabaran.  
Dari ayat tersebut jelas bahwa waktu adalah bagian yang tidak dapat dipisahan dengan kehidupan manusia, sukses atau tidak tergantung bagaimana manusia menggunakanya. Dan akan tergolong orang yang berungtung bila menggunakan waktu untuk :
Pertama, Beriman kepada Allah Swt  yakni menyakini kebenaran risalah Allah SWT melalui kitab dan rasul-Nya. Iman merupakan integrasi pernyataan lesan dan  hati yang kemudian diimplementasi dalam perbuatan. Iman adalah keyakinan yang mendasar bagi setiap manusia dalam menjalankan perintah Allah SWT.
Kedua, beramal shalih. kata “amanu” atau keimanan biasanya  selalu dihubungkan dengan “ amalush sholikhati” yang menunjukan implementasi dari  iman seseorang. Iman  mesti disertai dengan perbuatan baik bagi  pelakunya dan akan meraih keuntungan disisi Allah, sebagaimana Firmanya dalam Al-Fushilat ayat 8, artinya “Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal yang shaleh mereka mendapat pahala yang tiada putus-putusnya".

Beramal shalih itu tidak hanya beribadah mahdah ( salat, zakat, puasa dan haji), namun juga dimaknai kerja selain ibadah mahdah seperti sosial kemayarakatan ( ijtama’iyah) yang luas. Spirit untuk beramal shalih merukapan ikhtiar mengisi waktu agar tidak sia-sia di akhir nanti.

Ketiga, Saling memberi nasihat dalam kebenaran dan kesabaran. dapat diartian tahapan selanjutnya setelah iman dan amal shalih adalah mengajak atau memberi nasihat dalam kebenaran dengan penuh kesabaran kepada sesama manusia. Yang akan membawa kebaikan bagi dirinya dan orang lain. Namun godaan yang berat kadang manusia tak sabar, sehingga mudah emosi, menghakimi sesama yang kadang dapat merusak ukhuwah, karena ketidaksabaran dan keinginan yang besar agar orang bisa mengikuti kita. Ini prinsip yang kliru, karena kita hanya perantara, hidayah itu kuasa Allah. Maka kesabaran juga merupakan modal yang besar dan kunci keberuntungan  sebagaimana Firman Allah Fushilat : 35 artinya “Sifat-sifat yang baik itu tidak dianugerahkan melainkan kepada orang-orang yang sabar dan tidak dianugerahkan melainkan kepada orang-orang yang mempunyai keberuntungan yang besar”

Menyadari berlalunya waktu bagaikan kilat yang melintas sekejap menjadikan terasa amat pendek begitu AllAh gambarkan dalam An-Naziat : 46 artinya” Pada hari mereka melihat hari berbangkit itu, mereka merasa seakan-akan tidak tinggal (di dunia) melainkan (sebentar saja) di waktu sore atau pagi hari.  

Maka manusia hendaklah menyadari bahwa sebenarnya sedikit sekali kesempatan  menjalani hidup didunia ini (sekedar mampir ngombe-jawa). Tidak ada waktu bersenda gurau atau aktifitas kosong bagi yang menyadarinya. Dan tentunya akan bergerak mempersiapkan kebahagian kampung akherat yang abadi dengan memenegemen waktu sebaik mungkin. Waktu bagaikan pedang “al-waqtu kasyaif”dan bila tak mampu merespon waktu itu dengan baik, maka kitalah yang akan dilibas waktu. Dan akhirmya menyesal dikemudian hari. Jangan sampai merasakan penyesalan karena ditinggal waktu, atau malah karena  bertemu dengan ajal (pencabutan ruh)  manusia. Kita akan memperoleh balasan amal dari Allah apa adanya sesuai amal ibadahnya, karena sudah tak ada lagi kesempatan untuk memeperbaikinya. Dimuliakan atau dihinakan oleh Allah abadi di negeri Akherat QS Al-Ahqaf ayat : 20 Artinya : Dan (ingatlah) hari (ketika) orang-orang kafir dihadapkan ke neraka (kepada mereka dikatakan): "Kamu telah menghabiskan rezekimu yang baik dalam kehidupan duniawimu (saja) dan kamu telah bersenang-senang dengannya; maka pada hari ini kamu dibalasi dengan adzab yang menghinakan karena kamu telah menyombongkan diri di muka bumi tanpa hak dan karena kamu telah fasik".

Memanfaatkan waktu dengan bijak, agar setiap gerak jarum jam dari detik, menit berlalu dengan menorehkan nilai kebaikan investasi untuk negeri akherat. tiap hirupan nafas adalah dzikir dan mengiasi sikap dengan kerja keras, ikhlas hanya mengharap ridho Allah SWT. Mari kita berusaha agar termasuk orang yang beruntung. Sebagaimana pesan imam Al-Ghazali akan pentingnya memenegemen waktu “ Waktumu adalah umurmu. Umurmu adalah modal usahamu. Dengan waktu itulah engkau akan sampai pada kenikmatan yang langgeng disisi Allah SWT, maka setiap satu nafas dari nafas-nafasmu merupakan mutiara yang tiada taranya. Jika jika waktu itu terlewatkan maka engkau tidak akan bisa kembali lagi kepadanya”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar