DASYATNYA WAKTU
Oleh : Pujiono
Waktu adalah modal dan kekayaan yang nilainya sangat tinggi dibanding
segala harta benda manusia untuk menggapai kenikmatan abadi disisi-NYA, namun jika
dicermati masih banyak diantara umat yang melewatkan waktu dengan begitu saja.
Masih teringat mungkin tiupan terompet diakhir tahun 2012 dan hingar bingarnya pesta kembang api
pertanda dimulainya babak baru tahun 2013. kadang tak sadar bahwa tiupan
terompet helaan nafas yang dikeluarkan sebenarnya mengurangi jatah bernafas kita di dunia.
sedikit sekali manusia yang menyadari esensi berlalunya waktu adalah
berkurangnya jatah kesempatan beraktifitas di dunia.
Waktu tak bisa ditarik mundur ibarat anak panah yang telah melesat dari
busur atau ibarat ucapkan yang telah terlontarkan. Begitu cepatnya berlalu
kadang tanpa disadari seseorang mengalami proses penuaan, keriputnya kulit,
atau penurunan stamina tapa terasa. Karena waktu adalah sesuatu yang tidak bisa
“kompromi” dengan siapapun, digunakan atau tidak waktu tetap akan melaju cepat
meninggalkan semua manusia. maka seyogyanya moment penting dimana kita masih bisa menyaksikan pergantian waktu dan kesempatan
hidup bisa dijadikan koreksi diri tentang banyak hal. Jangan sampai kita
menjadi orang yang rugi tak mampu mengelola waktu sebagaimana Firman Allah surat Al-Ashr ayat 1-3
Artinya “Demi waktu, Sesungguhnya manusia itu benar-benar berada dalam
kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal shaleh dan
nasihat menasihati supaya menaati kebenaran dan nasihat menasihati supaya
menetapi kesabaran.
Dari ayat tersebut jelas bahwa waktu adalah bagian yang tidak dapat
dipisahan dengan kehidupan manusia, sukses atau tidak tergantung bagaimana
manusia menggunakanya. Dan akan tergolong orang yang berungtung bila
menggunakan waktu untuk :
Pertama, Beriman kepada Allah Swt
yakni menyakini kebenaran risalah Allah SWT melalui kitab dan rasul-Nya.
Iman merupakan integrasi pernyataan lesan dan hati yang kemudian diimplementasi dalam
perbuatan. Iman adalah keyakinan yang mendasar bagi setiap manusia dalam
menjalankan perintah Allah SWT.
Kedua, beramal shalih. kata “amanu” atau keimanan biasanya selalu dihubungkan dengan “ amalush
sholikhati” yang menunjukan
implementasi dari iman seseorang. Iman mesti disertai dengan perbuatan baik bagi pelakunya dan akan meraih keuntungan disisi
Allah, sebagaimana Firmanya dalam Al-Fushilat ayat 8, artinya “Sesungguhnya
orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal yang shaleh mereka mendapat
pahala yang tiada putus-putusnya".
Beramal shalih itu
tidak hanya beribadah mahdah ( salat, zakat, puasa dan haji), namun juga
dimaknai kerja selain ibadah mahdah seperti sosial kemayarakatan ( ijtama’iyah) yang luas. Spirit untuk beramal
shalih merukapan ikhtiar mengisi waktu agar tidak sia-sia di akhir nanti.
Ketiga,
Saling memberi nasihat dalam kebenaran dan kesabaran. dapat diartian tahapan
selanjutnya setelah iman dan amal shalih adalah mengajak atau memberi nasihat
dalam kebenaran dengan penuh kesabaran kepada sesama manusia. Yang akan membawa
kebaikan bagi dirinya dan orang lain. Namun godaan yang berat kadang manusia
tak sabar, sehingga mudah emosi, menghakimi sesama yang kadang dapat merusak
ukhuwah, karena ketidaksabaran dan keinginan yang besar agar orang bisa mengikuti
kita. Ini prinsip yang kliru, karena kita hanya perantara, hidayah itu kuasa
Allah. Maka kesabaran juga merupakan modal yang besar dan kunci
keberuntungan sebagaimana Firman Allah
Fushilat : 35 artinya “Sifat-sifat yang baik itu tidak dianugerahkan
melainkan kepada orang-orang yang sabar dan tidak dianugerahkan melainkan
kepada orang-orang yang mempunyai keberuntungan yang besar”
Menyadari
berlalunya waktu bagaikan kilat yang melintas sekejap menjadikan terasa amat
pendek begitu AllAh gambarkan dalam An-Naziat : 46 artinya” Pada hari mereka
melihat hari berbangkit itu, mereka merasa seakan-akan tidak tinggal (di dunia)
melainkan (sebentar saja) di waktu sore atau pagi hari.
Maka manusia
hendaklah menyadari bahwa sebenarnya sedikit sekali kesempatan menjalani hidup didunia ini (sekedar mampir ngombe-jawa). Tidak ada
waktu bersenda gurau atau aktifitas kosong bagi yang menyadarinya. Dan tentunya
akan bergerak mempersiapkan kebahagian kampung akherat yang abadi dengan
memenegemen waktu sebaik mungkin. Waktu bagaikan pedang “al-waqtu
kasyaif”dan bila tak mampu merespon waktu itu dengan baik, maka kitalah
yang akan dilibas waktu. Dan akhirmya menyesal dikemudian hari. Jangan sampai merasakan
penyesalan karena ditinggal waktu, atau malah karena bertemu dengan ajal (pencabutan ruh) manusia. Kita akan memperoleh balasan amal
dari Allah apa adanya sesuai amal ibadahnya, karena sudah tak ada lagi
kesempatan untuk memeperbaikinya. Dimuliakan atau dihinakan oleh Allah abadi di
negeri Akherat QS Al-Ahqaf ayat : 20 Artinya : Dan (ingatlah) hari (ketika)
orang-orang kafir dihadapkan ke neraka (kepada mereka dikatakan): "Kamu
telah menghabiskan rezekimu yang baik dalam kehidupan duniawimu (saja) dan kamu
telah bersenang-senang dengannya; maka pada hari ini kamu dibalasi dengan adzab
yang menghinakan karena kamu telah menyombongkan diri di muka bumi tanpa hak
dan karena kamu telah fasik".
Memanfaatkan waktu dengan bijak, agar setiap gerak jarum jam dari detik,
menit berlalu dengan menorehkan nilai kebaikan investasi untuk negeri akherat.
tiap hirupan nafas adalah dzikir dan mengiasi sikap dengan kerja keras, ikhlas
hanya mengharap ridho Allah SWT. Mari kita berusaha agar termasuk orang yang
beruntung. Sebagaimana pesan imam Al-Ghazali akan pentingnya memenegemen waktu
“ Waktumu adalah umurmu. Umurmu adalah modal usahamu. Dengan waktu itulah
engkau akan sampai pada kenikmatan yang langgeng disisi Allah SWT, maka setiap
satu nafas dari nafas-nafasmu merupakan mutiara yang tiada taranya. Jika jika
waktu itu terlewatkan maka engkau tidak akan bisa kembali lagi kepadanya”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar