Selasa, 05 Februari 2013

Membumikan Keteladanan


MEMBUMIKAN KETELADANAN
OLEH : PUJIONO,S.Si,MM
Setiap hari hampir kita saksikan berbagai tayangan di TV, surat kabar maupun radio terkait dengan tindak kekerasan dalam berbagai bentuk. Perkelahian antar pelajar atau antar kampung, curamor, pelecehan sek, narkoba yang melibatkan generasi muda menjadi menu setiap hari. Tentunya hal ini membuat miris hati, ketika mendengar kejadian seperti itu.Seolah-olah keadaan ini menjadikan tanda Tanya dihati banyak kalangan. Bagsa kita yang terkenal dengan dengan adab ketimuranya. Karakter andap-asor berubah menjadi beringas, sabar lembah manah menjadi agresif dan provokatif kadang keluar dari jalur kebiasaan bangsa ketimuran. Temperamen kasar ngotot dengan kekerasan menandakan lunturnya karakter bangsa kita tak berlebihan bila dikatakan ada krisis identitas di bangsa ini. Yang lebih menyedihkan lagi hal ini menghinggapi ada disetiap lapisan masyarakat dari pejabat sampai rakyat, mengapa hal ini terjadi?
Ada banyak faktor mengapa terjadi peluruhan nilai-nilai karakter bangsa diantara penyebabnya adalah :
Pertama, persoalan hidup yang semakin komplek. persaingan hidup yang semakin kuat kadang menjadi pendorong seseorang untuk berbuat diluar rel ketentuan norma-norma yang ada. Semua serba pengin cepat dan hidup enak sehingga satu sama lain berebut untuk mendapatkanya. Tak aneh terjadi persinggugan kepetingan, maka terjadilah konflik kepentingan yang bisa mengarah pada kekerasan.
kedua, gempuran budaya global tanpa benteng yang kuat. Gaya hidup hedonis dan materialistis yang dipertontonkan dunia luar terkadang tanpa filter ditiru menjadi gaya hidup. Padahal jelas bertentangan dengan budaya kita.
Ketiga melemahnya keyakinan spiritual. Pendidikan agama yang hanya menjadi pengetahuan bukan menjadi pedoman hidup menjadikan pribadi yang kering dan tandus. Keyakinan  akan kehidupan akherat melemah dan menjadikan orang berperilaku semauya.
Keempat adalah minimnya keteladan. Pemimpin itu panutan yang gaya hidupnya bisa ditiru oleh masyarakatnya. Maka ketika masyarakat dalam keadaan limbung meski ada sebuah keteladanan yang bisa memberi pencerahan. Bukan pemimpin yang malah menjadi bagian dari masalah dan cenderung provokatif, Maka disinilah peran setiap pemimpin (opinion leader ) diberbagai lini menjadi pijakan. Di sekolah guru menjadi panutan, di rumah orang tua menjadi panutan, di desa kepala desa menjadi panutan dan seterusnya.
Dari faktor tersebut diatas keteladan menjadi kunci, keteladanan nyata di setiap lini kehidupan. Seribu teori tak berarti tanpa adanya keteladan.  Dengan menekankan pada pembinaan kepribadian dimasyarakat, sekolah dan keluarga  maka semua elemen  diharapkan meneladani apa yang diperlakukan oleh para guru, ulama maupun tokoh masyarakat . Ulama harus bisa memberi teladan kepada santrinya, Umara harus bisa menjadi teladan bagai birokrat dimasyarakatnya, guru bisa memberi contoh kepada murid-muridnya. Masyarakat kita butuh sandaran dan langkah konkret para pemimpinnya dalam berbagai hal, bukan hanya guru yang bisa bertutur kata didepan kelas namun tak bisa melaksanakanya, bukan pula ulama yang pandai berbicara diatas mimbar namun tak ada aksi dari kata-kata mulianya. begitu juga dalam birokrasi dan pemerintahan. Keteladanan adalah kata kunci yang bisa menjadi modal membangun kepribadian dan karakter bangsa yang mulai memudar. Dengan begitu kedepan bangkitklah bangsa ini dari krisis kepribadian. Keteladanan nyata bukan keteladanan yang semu yang penuh kepura-puraan, hanya sekedar lounching untuk mencari sensasi setelah itu tak ada tindhak lanjut. Semoga menjadi renungan kita bersama. 
Bagaimana membumikan keteladanan , ini juga tak ubahnya memberikan pendidikan pada masyarakat dimana Pendidikan merupakan proses pengubah tingkah laku anak didik agar menjadi manusia dewasa yang mampu hidup mandiri dan sebagai anggota masyarakat dalam lingkungan alam sekitar dimana individu itu berada. Pendidikan tidak hanya mencakup pengembangan intelektualitas saja, akan tetapi lebih ditekankan pada proses pembinaan kepribadian peserta didik secara menyeluruh sehingga anak menjadi lebih dewasa mengerti da paham akan tugas dan kewajibanya.maka untuk membumikan keteladanan dimulai:
Pertama, Mulai dari diri sendiri, keteladan harus dimulai dari siapapun tidak menanti untuk orang lain mengawali. Bila setiap pribadi memiliki kepedulian akan hal  ini tentunya semua akan dengan mudah terwujud pribadi-pribadi yang baik. Kedua, Mulai dari yang kecil. Dalam membumikan keteladanan dapat dimulai dari hal-hal yang kecil, meskipun kelihatan sepele. Apabila dari hal yang kecil saja telah dilakukan dengan terjaga, tentunya aan mengarah ke suatua yang besar bisa terwujud. Beberapa contoh keteladanan hal yang kecil seperti membuang sampah di tempatnya, budaya antre, bertutur kata dengan yang lebih tua atau muda. ketiga, konsistensi, pelaksanaan rutinitas diperlukan secara terus terus menerus terjaga hal ini akan mewujudkan sebuah tradisi yang baik.
Untuk itu hanya dengan memulai dari diri kita merembet  ke lingkungan sekitar, terus dari hal yang kecil dan kemudian dipatenkan maka akan terwujud sebuah karakter pribadi-pribadi yang dapat dijadikan teladan untuk diri keluarga lingkungan dan negara.








Tidak ada komentar:

Posting Komentar