MEMBUMIKAN KETELADANAN
OLEH : PUJIONO,S.Si,MM
Setiap hari hampir
kita saksikan berbagai tayangan di TV, surat
kabar maupun radio terkait dengan tindak kekerasan dalam berbagai bentuk.
Perkelahian antar pelajar atau antar kampung, curamor, pelecehan sek, narkoba
yang melibatkan generasi muda menjadi menu setiap hari. Tentunya hal ini
membuat miris hati, ketika mendengar kejadian seperti itu.Seolah-olah keadaan ini
menjadikan tanda Tanya dihati banyak kalangan. Bagsa kita yang terkenal dengan
dengan adab ketimuranya. Karakter andap-asor
berubah menjadi beringas, sabar lembah
manah menjadi agresif dan provokatif kadang keluar dari jalur kebiasaan bangsa
ketimuran. Temperamen kasar ngotot dengan kekerasan menandakan lunturnya karakter
bangsa kita tak berlebihan bila dikatakan ada krisis identitas di bangsa ini.
Yang lebih menyedihkan lagi hal ini menghinggapi ada disetiap lapisan
masyarakat dari pejabat sampai rakyat, mengapa hal ini terjadi?
Ada banyak faktor mengapa terjadi
peluruhan nilai-nilai karakter bangsa diantara penyebabnya adalah :
Pertama, persoalan hidup yang semakin
komplek. persaingan hidup yang semakin kuat kadang menjadi pendorong seseorang
untuk berbuat diluar rel ketentuan norma-norma yang ada. Semua serba pengin
cepat dan hidup enak sehingga satu sama lain berebut untuk mendapatkanya. Tak
aneh terjadi persinggugan kepetingan, maka terjadilah konflik kepentingan yang
bisa mengarah pada kekerasan.
kedua, gempuran budaya global tanpa
benteng yang kuat. Gaya hidup hedonis dan
materialistis yang dipertontonkan dunia luar terkadang tanpa filter ditiru
menjadi gaya
hidup. Padahal jelas bertentangan dengan budaya kita.
Ketiga melemahnya keyakinan spiritual.
Pendidikan agama yang hanya menjadi pengetahuan bukan menjadi pedoman hidup
menjadikan pribadi yang kering dan tandus. Keyakinan akan kehidupan akherat melemah dan menjadikan
orang berperilaku semauya.
Keempat adalah
minimnya keteladan. Pemimpin itu panutan yang gaya hidupnya bisa ditiru oleh
masyarakatnya. Maka ketika masyarakat dalam keadaan limbung meski ada sebuah
keteladanan yang bisa memberi pencerahan. Bukan pemimpin yang malah menjadi
bagian dari masalah dan cenderung provokatif, Maka disinilah peran setiap pemimpin
(opinion leader ) diberbagai lini
menjadi pijakan. Di sekolah guru menjadi panutan, di rumah orang tua menjadi
panutan, di desa kepala desa menjadi panutan dan seterusnya.
Dari faktor tersebut
diatas keteladan menjadi kunci, keteladanan nyata di setiap lini kehidupan. Seribu
teori tak berarti tanpa adanya keteladan. Dengan
menekankan pada pembinaan kepribadian dimasyarakat, sekolah dan keluarga maka semua elemen diharapkan meneladani apa yang diperlakukan
oleh para guru, ulama maupun tokoh masyarakat . Ulama harus
bisa memberi teladan kepada santrinya, Umara harus bisa menjadi teladan bagai birokrat
dimasyarakatnya, guru bisa memberi contoh kepada murid-muridnya. Masyarakat
kita butuh sandaran dan langkah konkret para pemimpinnya dalam berbagai hal,
bukan hanya guru yang bisa bertutur kata didepan kelas namun tak bisa
melaksanakanya, bukan pula ulama yang pandai berbicara diatas mimbar namun tak
ada aksi dari kata-kata mulianya. begitu juga dalam birokrasi dan pemerintahan.
Keteladanan adalah kata kunci yang bisa menjadi modal membangun kepribadian dan
karakter bangsa yang mulai memudar. Dengan begitu kedepan bangkitklah bangsa
ini dari krisis kepribadian. Keteladanan nyata bukan keteladanan yang semu yang
penuh kepura-puraan, hanya sekedar lounching
untuk mencari sensasi setelah itu tak ada tindhak lanjut. Semoga menjadi
renungan kita bersama.
Bagaimana membumikan keteladanan , ini juga tak ubahnya
memberikan pendidikan pada masyarakat dimana Pendidikan
merupakan proses pengubah tingkah laku anak didik agar menjadi manusia dewasa
yang mampu hidup mandiri dan sebagai anggota masyarakat dalam lingkungan alam
sekitar dimana individu itu berada. Pendidikan tidak hanya mencakup
pengembangan intelektualitas saja, akan tetapi lebih ditekankan pada proses
pembinaan kepribadian peserta didik secara menyeluruh sehingga anak menjadi
lebih dewasa mengerti da paham akan tugas dan kewajibanya.maka untuk membumikan
keteladanan dimulai:
Pertama, Mulai dari diri
sendiri, keteladan harus dimulai dari siapapun tidak menanti untuk orang lain
mengawali. Bila setiap pribadi memiliki kepedulian akan hal ini tentunya semua akan dengan mudah terwujud
pribadi-pribadi yang baik. Kedua, Mulai dari yang kecil. Dalam
membumikan keteladanan dapat dimulai dari hal-hal yang kecil, meskipun
kelihatan sepele. Apabila dari hal yang kecil saja telah dilakukan dengan
terjaga, tentunya aan mengarah ke suatua yang besar bisa terwujud. Beberapa
contoh keteladanan hal yang kecil seperti membuang sampah di tempatnya, budaya
antre, bertutur kata dengan yang lebih tua atau muda. ketiga, konsistensi,
pelaksanaan rutinitas diperlukan secara terus terus menerus terjaga hal ini akan
mewujudkan sebuah tradisi yang baik.
Untuk itu hanya dengan memulai dari
diri kita merembet ke lingkungan
sekitar, terus dari hal yang kecil dan kemudian dipatenkan maka akan terwujud
sebuah karakter pribadi-pribadi yang dapat dijadikan teladan untuk diri
keluarga lingkungan dan negara.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar